Amir Anakku Tersayang

Sabtu, 09 Maret 2013 · Posted in

Cerita ini sebuah kisah nyata yang tempat kejadian, nama semuanya di samarkan. Dada pemilik cerita akan plong, setelah bercerita. Itu pun dia ceritakan setelah kematian suaminya setahun lalu.

Wanita itu, sebut saja Nenny, mempunyai seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan berusia 14 dan 11 tahun. Setelah itu dia ikut KB dengan IUD. Memang dia tak pernah kontrol, karena menurutnya IUD itu akan aman selamanya. Suaminya Herman selalu ke luar kota membawa truk luar kota. Terkadang mau dua mingu sekali dia baru pulang. Nenny pun membuka warung kecil-kecilan di rumah dan warung serba adanya, makin berkembang. Anaknya, terutama anaknya Amir (14 tahun) selalu membantunya.
Wanita berusia 34 tahun selalu saja horny dan dia selalu menggosok-gosokkan jari tangannya ke dalam vaginanya. Terlebih saat pembeli sepi di warungnya. Sering kali, dia kepergok oleh Amir anak laki-lakinya. Mulanya, Nenny malu, lama kelamaan, dia hanya tersenyum, bila anak-laki-lakinya itu memergokinya. Amir juga tersenyum, bila melihat tingkah ibunyaitu. Dia sudah kelas 2 SMP.

Siang menjelang sore, saat sepi pembeli, Nenny kembali mengelus vaginanya dengan jarinya. Saat itu, Amir meliriknya dan tersenyum. Saat bersamaan, di sebuah sudut warung, Amir pun mulai mengelus penisnya. Nenny meliriknya pula. Keduanya tersenyum.
"Kamu punya sudah besar ya, Mir?" demikian Nenny memulai pembicaraannya sembari terus mengelus-elus klitorisnya. Amir memperlihatkan penisnya. Tak seberapa besar. Biasa-biasa saja. Amir yang duduk di tumpukan karung beras dan bersandar pada karung lainnya, semakin menurunkan celananya, memamerkan penisnya pada sang ibu. Hal inilah membuat Nenny tak mampu membendung nafsu gilanya. Cepat dia lepas celana dalamnya, kemudian mendatangi putranya. Langsung saja Nenny mengangkangi kedua kaki Amir, kemudian Nenny menyingkap roknya yang kembang dan menangkap penis Amir.
"Mau diapai Bu?" Amir agak heran dalam pertanyaannya.
"Udah kamu diam aja. Nanti kami tau sendiri," kata Nenny. Dituntunnya penis itu ke arah vaginanya, kemudian Neny menekankan tubuhnya, hinga dengan cepat penis anaknya itu amblas ke dalam pukinya. Cepat dia tuntaskan nafsuna yang membuncah-buncah itu, sampai akhirnya dia orgasme. Setelah itu, dia mencabut dirinya dan kembali ke tempat duduknya semula. Sementara Amir, masih merasakan kenikmatan yang tertunda. Dia seperti sangat kecewa. Nenny tau itu.
"Nanti malam, aja ya diteruskan. Jangan negmbek ya..." Nenny merayunya. Amir diam saja dalam kekecewaannya.
"Tapi kamu tak boleh ceriota kepada siapapun juga. Mengerti," ucapan Nenny antara rayuan dan ancaman. Amir mengangguk.
Pukul19.00, warung metreka tutup. Usai makan malam, Amir dan adiknya mengerjakan PR sekolah. Saat itu, Nenny ingin mengulangi kembali, karean mendapatkankenikmatan tersendiri. Ukuran penis yang tak seberapa ityu, mampu membuatnya puas, karena suaminya sudah dua minggu tak pulang. Nenny memang sangat getol, jika bersetubuh dan suaminya selalu kewalahan.
Nenny tersenyum melihat putri bungsunya ketiduran di meja belajar. Cepat diangkatnya putrinya itu ke tempat tidur. Keluar dari tempat tidur, dia tersenyum pda Amir. Dia duduk bersisian di kursi Amir. Tangannya langsung meraba penis Amir dengan memasukkan tangannya ke dalam celana. Penis itu langsung bangun dan mengeras. Setelah dijamin semua pintu terkunci, dia membawa Amir ke kamar tidurnya. Cepat ditelanjanginya anaknyaitu. Cepat mula dikulumnya penis yang sudah mengeras itu.
"Bagaimana... Enak?" Nenny berbisik. Amir tak membuka matanya, malah ingin hal itu diteruskan. Saat itulah, Nenny naik ke tempat tidur, meminta Amir menaiki tubuhnya. Amir serta merta menyetubuhinya. Saat di atas tubuhnya, Nenny meminta agar Amir mengisap dan mengulur pentil teteknya. Amir melakukannya dan terus memompanya. Neny tak mau kehilangan momen dan dia terus menguyang tubuh Amir dari bawah, sampai dia orgasme. Setelah orgasme ditungunya Amir menyemprotkan spermanya, sampai Amir pun terkulai.
Setelah membersihkan Amir, Nenny kembali ke kamar tidurnya, dan tidur bersama putri bungsunya. Esok harinya, kelihatan Amir tertunduk malu-malu, tapi Neny cepat mentralisir keadaan, memeluk Amir dan si putri bungsu bersamaan dan mengantarnya ke halaman rumah untuk pergi ke sekolah.
Sepulang sekolah, Amir masih kelihatabn malu-malu pada ibunya. Nenny mengerti hal itu, Nennylah yang memulai pembicaraan.
"Bagaimana tadimalam? Enak?" bisik Nenny ke telinga Amir. Amir tersenyum.
"Kapan-kapan lagi ya?" rayu Nenny.
"Kenapa tidak nanti malam lagi, Bu?" Amir menekankan. Nenny tersenyum. Dia pun mengangguk. Jika warung sepi, Amir selalu diminta mengisap pentil teteknya dan Nenny pun mengelus-elus penis anaknya itu. Jika ada pembeli, cepat Nenny melepaskan isapan Amir, kemudian menaikkan baju kaosnya dan melayani pembeli. Sementara Amir tetapduduk di sudut warung.
Amir sangat senang, jika dalam empat atau lima hari ayahnya di rumah, kemudian pergi lagi membawa truk. Dia akan bisa bermesraan dengan ibunya. Amir akan merasa kesal, bila ayahnya ada di rumah. Amir selalu mendapat jatah, setidaknya mengisap tetek. Sampai akhirnya Amir pun terbiasa menjilati vagina ibunya yang dicukur rapi dan dicuci bersih.

Sampai akhirnya, Neny tidak haid selama tiga bulan. Mulanya, dia mengira keterlambatan yang sering dialaminya. Tapi setelah dia merasakan ada gejala kehamilan, dia mulai gugup. Dia sudah siap meghadapi resiko apapun juga.
Suatu malam, hal ityu dilaporkannya pada suaminya, kalau dia hamil. Dia meminta suaminya membawanya periksa ke dokter. Berdua mereka memeriksakannya. Dokter menyatakannya hamil. Wajah Nenny pucat, tapi justru suaminya tersenyum gembira, bakal punya anak lagi. Terlebih mendengar penjelasan sang dokter, IUD yang kelamaan tidak dikontrol, justru bisa membuat kehamilaan. SDuami Nenny memeluknya dan tersenyum. Nenny pun plong dadanya.
Suaminya kembali pergi ke luar kota. Kehamilannya itu diceritakannya pada Amir. Amir yang hampr naik ke kelas tiga itu bengong. Dengan hati-hati Nenny menceritakan, kalau akan yang dikandungnya itu adalah anaknya. Mereka berjanji untuk tidak menceritakan kepada siapapun juga. Amir mulai mengerti dan tenang.
"Jadi akau akan punya anak, Bu?"
"Ya. Tapi kamu harus tetap memanggilnya adik ya." rayu ibunya dengan nada keras mengingatkan. Amir tersenyum dan mengangguk.
Beberapa bulan kemudian, anak mereka lahir, seorang laki-laki yang sehat. Tidak cacat dan kelihatan dari tangisnya dengan nyaring.
Saat anak itu berusia 4 tahun 7 bulan, Amir baru lulus SMA tapi tidak meneruskan kuliah. Amir memilih berdagang saja di pasar membuka sebuah kios. Neny hamil lagi. Lagi-lagi anak itu adalah anaknya denganAmir. Lagi-lagi pula suaminya bahagia, Nenny hamil lagi. Saat kehamilan Neny ke empat bulan, suaminya terserodok KA dan tewas, karena salah perhitungan. Saat melintas rel kereta api yang tak berpintu itu, dia mengira masih mampu mendahuli KA. Apa daya mesin mati, saat kepala truk berada di antara dua rel.
Amir tidak terkejut. Dia hanya sebentar sedih atas kematian ayahnya. Dia melanjutkan persetubuhannya dengan ibunya, sampai anak kedua itu lahir.
Warung di rumah berkembang ddengan baik dan kios Amir di pasar juga berkembang dengan baik. Amir dan ibunya menyekolahkan seorang adik perempuannya dan anak laki-lakinya serta seorang anak laki-laki lainnya yang masih balita.
Untung waktu melahirkan, dokter yang tidak meminta surat persetujuan dari suami, hanya melihat dari usia Nenny, akhirnya Nenny mengalami operasi kecil, menutup peranakan Nenny secara permanen agar tak bisa hamil lagi. Kini usia Nenni sudah 40 tahunan, namun persetubuhan itu terus berlanjut secara rahasia. Ya. Rahasia persetubuhan dan sekaligus rahasia hidup dan kehidupan.

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.

Search